Beranda | Artikel
Islam Melarang Kaya?
Selasa, 1 April 2014

Judul di atas adalah kalimat sindiran yang bisa mungkin muncul dari orang yang protes dengan status kemarin “Perceraian, berawal dari keinginan berwirausaha”. Untuk kondisi tertentu saya pribadi memaklumi protes tersebut, terutama ketika dia sedang termotivasi oleh ceramahnya beberapa ustadz kondang tentang seorang muslim yang kaya.

Atau mungkin ada yang protes bahwa saya tukang gembos, pembunuh motivasi orang untuk menggalakkan entrepreunership, karena negara ini membutuhkan banyak pengusaha setidaknya 2% dari jumlah penduduk untuk menopang perekonomian negara.

Ya sudahlah, tidak apa-apa protes, semoga status kemarin dibaca lagi dengan akal yang jernih dan hati yang lapang, sehingga tidak tergesa-gesa ambil kesimpulan.

Beberapa waktu yang lalu ketika berangkat  jualan, saya menabrak anak kecil yang pakai sepeda pancal menyeberang jalan secara mengejutkan. Sempat saya injak rem tetapi agak terlambat. Meskipun tidak begitu oleng dan anaknya selamat, tetapi termos air yang saya bawa jatuh dan pecah. Padahal termos tersebut baru 3 hari membelinya, saat pulang jualan hujan deras air menggenang jalan aspal yang rusak dan kendaraan saya kembali tersentak dan termos yang baru tadi kembali jatuh dan pecah. Sudah, semoga cuma 2 kali saja yang seperti itu, harapan saya. Saya tidak membayangkan jika kendaraan itu tidak dipasang alat penting yang bernama REM.

Jadi: “Rem pada kendaraan bermotor itu bukan untuk membatasi kecepatan, tetapi untuk mengatur irama perjalanan supaya selamat sampai tujuan.”

Dan status saya kemarin dan hari ini tidak lebih dari sebuah REM, yaitu perhatian terhadap saudara seiman agar kita sama-sama melangkah dengan bijak dan tidak emosional agar selamat sampai tujuan (akhirat).

Bukankah dalam Al-Qur’an Allah berfirman,“Dan carilah kebahagiaan yang telah Allah sediakan di akherat, dan janganlah melupakan bagianmu di dunia.” (Al-Qashash: 77)

Disini perlu kita cermati, tujuan utama adalah akherat tetapi tidak melupakan dunia. Adalah keliru jika terbalik, tujuan utama adalah dunia tetapi tidak melupakan akherat. Dan kebanyakan dari manusia sekarang memang seperti ini.

“Nak, nanti kalau kuliah yang rajin ya tapi jangan lupa shalatnya.”

“Kawan, bekerja keraslah, tapi jangan lupa shalatnya.”

“Sobat, kalau bisnis itu yang serius dan sungguh-sungguh! Dan jangan lupa ibadahnya ya…”

Bukankah begitu yang sering kita dengar?

So, mulai sekarang mari kita berlatih untuk membalikkan pernyataan di atas.

“Sobat, mari kita ibadah dengan serius! Tapi jangan lupa bisnisnya ya…”

Kaya tidak dilarang. Bekerja keras juga tidak dilarang, bahkan dianjurkan. Kita disini hanya dituntut untuk memahami, apa itu sarana dan apa itu tujuan. Harta adalah sarana bukan tujuan, kekayaan juga begitu, itu jelas.

Lalu bagaimana jika alasannya bahwa membangun kekayaan itu digunakan untuk membantu banyak manusia? Untuk membiayai dakwah? Untuk berjuang di jalan Allah? Atau untuk menjaga ‘izzah (harga diri, kemuliaan) Islam supaya tidak diremehkan orang kafir?

Sekali lagi, sarana bukan tujuan. Salah satu pembeda antara sarana dengan tujuan adalah: jika suatu sarana tidak ada, maka akan ada sarana lain yang bisa diusahakan. Sarana adalah alternatif, tujuan adalah prioritas.

Jadi, tanpa kekayaan kita masih bisa membantu banyak manusia, masih bisa berdakwah, masih bisa menjaga ‘izzah agama Islam, dan seterusnya.

Waktu pertengahan kuliah dulu saya sempat berpikir, saya harus kaya supaya omongan (dakwah) saya didengar masyarakat, supaya begini dan begitu. Lalu saya meluruskan niat untuk terjun di dunia bisnis. Mulai pasang impian-impian besar, susun rencana bisnis, mengumpulkan ide-ide, bikin acara dan membuat rekor MURI, dan sebagainya. Tetapi start yang saya pijak waktu itu murni karena dunia, embel-embel agama hanya untuk alibi saja.

Dan sekarang saya bersyukur karena Allah mengingatkan saya bahwa itu salah, dengan cara-Nya yang Maha Bijaksana. Sekarang meskipun titel saya adalah seorang penjual pecel di pinggir jalan, saya masih bisa berdakwah, omongan saya pun didengar bahkan oleh pak camat, kepala sekolah, para guru, juga pengusaha.

Beberapa orang disini pun memanggil saya ustadz, meskipun hanya karena bisa mengimami shalat. Intinya, saya masih dihargai oleh masyarakat sebagaimana manusia biasa yang lain, sama seperti penghargaan mereka terhadap pengusaha, karyawan, maupun PNS.

Menurut saya, orang paling sukses sepanjang masa dalam bisnisnya dan dalam membangun kekayaan dunia adalah Qarun. Siapa menurut Anda?

Kita tahu, Qarun adalah manusia yang sangat cerdas dan pandai berbisnis. Konon, kekayaan yang dibangun dan hartanya yang terpendam sampai ke ujung dunia. Sehingga, jika di dekat rumah saya di Malang (rumah mertua) maupun di Ponorogo (rumah ortu) ada orang menggali sumur dan menemukan kotak berisi emas, maka orang itu pasti akan menyebutnya ‘harta Qarun’. Bukankah begitu kawan? Lalu, bagaimana menurut kawan-kawan kisah akhir Qarun? Allah benamkan dia bersama hartanya ke bumi, habis tak tersisa. Dan di akherat dia menjadi manusia paling bangkrut.

Ya sudahlah, saya tidak usah banyak menulis kalimat, karena hal ini sudah cukup jelas.

Mari kita cermati aja ayat dan hadits berikut ini untuk menambah kepekaan hati kita:

Allah berfirman: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (Al-Qur’an surat At-Takatsur ayat 1 s/d 8 )

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam“Demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian. Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR. Al-Bukhari no.3158 dan Muslim no.2961)

Bersambung insya Allah..

Oleh: Hudiya S Hakim FB @kanghut.po ( Beliau pemilik Warung Pecel Kanghut di Sawojajar, Kota Malang 54321 HP: 0852-3362-6525)

Pengusahamuslim.com  .

  • Dukung kami dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. 081 326 333 328 dan 087 882 888 727
  • Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial

Artikel asli: https://pengusahamuslim.com/3665-islam-melarang-kaya-1869.html